Senin, 02 September 2013

KangAtepAfia.com : Jika Bisnis Sejalan Lingkungan

KangAtepAfia.com : Jika Bisnis Sejalan Lingkungan: Oleh : Atep Afia Hidayat - Hanya dalam kondisi lingkungan yang optimal bisnis dapat berkembang dengan baik, dan hanya dengan bisnis yan baik lingkungan akan berkembang ke arah yang optimal. Motto di atas dikembangkan dari tema seminar tentang lingkungan hidup yang pertama kalinya diadakan di Indonesia, diselenggarakan di Universitas Padjajaran, Bandung sekitar 39 tahun yang lalu.

Lantas dimanakah kaitan antara bisnis dengan persoalan lingkungan, apakah karena bisnis tertentu dapat menimbulkan masalah lingkungan, atau karena masalah lingkungan tertentu dapat dijadikan obyek bisnis ?. Jawabannya serba mungkin, bahkan Prof. Dr. Emil Salim pernah menegaskan, bahwa untuk menumbuhkan kepedulian pegusaha terhadap masalah lingkungan harus dengan menggunakan bahasa bisnis. Bahasa bisnis lebih dimengerti mereka dan merupakan cara yang paling berbicara, serta bukan berarti bahasa moral menjadi tidak penting.

Terdapat seribu peluang bisnis di sekitar kita. Peluang bisnis dapat dicari melalui pengembangan gagasan atau inovasi. Pengembangan gagasan tersebut bisa dengan mencari peluang bisnis yang berkaitan dengan persoalan lingkungan, seperti pemanfaatan belukar bagi industri jamu-jamu dan kosmetik, mendirikan industri yang membuat alat-alat pencegah polusi udara, pencemaran sungai dan laut.

Bagaimanapun juga suatu kegiatan bisnis akan berdampak langsung terhadap lingkungannya, apalagi bisnis yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam, seperti pertambangan, kehutanan, perikanan dan perkebunan, begitu pula untuk industri dan transportasi.

Eksploitasi sumber daya alam dapat diartikan sebagai pengrusakan lingkungan jika tidak disertai dengan usaha pemulihan. Umpamanya sebuah industri yang melakukan penebangan kayu maka diberi kewajiban membayar dana reboisasi atau melaksanakann penanaman kembali.

Untuk sektor perkebunan upaya pemulihan lingkungan dilaksanakan melalui Tri Dharma Perkebunan, di antaranya berupaya menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesuburan tanah serta tanamannya. Tetapi masalah lingkungan pada sektor tersebut masih tetap muncul, adanya puluhan ribu hektar perkebunan terlantar menyebabkan kondisi lingkungan menjadi rusak. Hal tersebut disebabkan karena pengurusan bisnis yang tidak memperhatikan aspek lingkungan.

Setiap tahun sekali pemerintah memberikan Kalpataru sebagai penghargaan tertinggi di bidang lingkungan kepada perorangan atau kelompok, tokoh perintis, penyelamat dan pengabdi lingkungan. Penghargaan diberikan sejak tahun 1980 untuk memperingati hari lingkungan hidup sedunia. Untuk tahun 2010 ada 12 orang penerima Kalpataru, masing-masing untuk Kategori Perintis Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, Penyelamat Lingkungan dan Pembina Lingkungan. Selain Kalpataru ada juga penghargaan Adipura, yang diberikan kepada 140 kabupaten dan kota; serta penghargaan Adiwiyata Mandiri 2010 kepada 25 sekolah.
Jika kita mencoba membandingkan antara jumlah perorangan atau kelompok perintis, penyelamat dan pengabdi lingkungan dengan jumlah perorangan atau kelompok perusak dan pencemar lingkungan, diperoleh suatu nisbah yang tidak berimbang.

Secara kuantitatif mereka yang tergolong perintis, penyelamat dan pengabdi lingkungan hanya segelintir orang saja, dengan wilayah aktivitasnya yang terbatas. Sedangkan mereka yang tergolong perusak dan pencemar lingkungan sudah tidak terhitung lagi, dengan wilayah aktivitas yang menyebar di seluruh tanah air, bahkan sampai ke pelosok-pelosok Kalimantan dan Papua.

Mereka yang tergolong perusak dan pencemar lingkungan sebagian di antaranya merupakan pebisnis. Ada yang merambah hutan di pedalaman Kalimantan, Papua, Jambi, Riau dan sebagainya; Ada yang terus-menerus mengasapi udara dengan debu dan polutan; ada juga yang membongkar dan menggali permukaan bumi, sehingga terbentuk lubang-lubang raksasa; ada juga yang terus-menerus meracuni perairan, baik di sungai atau laut.

Sudah selayaknya diberikan sanksi kepada pebisnis yang melukai, mencemari dan mengacaukan keharmonian lingkungan. Sebagaimana para penerima Kalpataru, para penoda lingkungan pun perlu diumukan kepada masyarakat, supaya ada efek jera. Bisnis dan lingkungan memang seolah saling bertolak belakang, membentuk disergi. Namun untuk kelestarian lingkungan dan masa depan manusia, seharusnya bisnis bisa sejalan dengan lingkungan. (Atep Afia).

1 komentar:

  1. artikel ini hanya menjelaskan tentang negatif nya hubungan antara bisnis dan lingkungan. dan jg berkomentar bahwa keduanya saling bertolak belakang. seharusnya kita tau, indonesia mempunyai banyak keanekaragaman hayati, sumber daya alam yg melimpah dan lingkungan yg hijau. kita sebagai wrg indonesia seharusnya bs menjadikan lingkungan kita yg luar biasa ini menjadi sumber industri negri ini. memang benar, banyak skrg pebisnis yg sudah lebih mementingkan diri sendiri drpd lingkungan sekitar, ttp tdk sedikit pula yg memanfaatkan lingkungan menjadi wisata, dll dan melakukan penghijauan kembali. alangkah baiknya menjelaskan bagaimana cara mengubah pandangan kita khususnya para pemuda yg membaca ini. dan memberikan cara2 untuk berbisnis lingkungan yg baik dimana selain untuk keuntungan negara jg keuntungan diri sendiri dan masyarakat sekitar. saya harap semuanya bs saling mendukung dan bekerja sama menciptakan keindahan SDA yg lebih melimpah dan bermanfaat lg.

    BalasHapus